Gembar-gembor tahun kerja oleh partai politik secara tak sadar buyar di tengah jalan. Nyatanya partai politik, terutama yang berada di Parlemen, justru sibuk membincangkan jagoannya dalam Pemilu Presiden 2014 mendatang. Ini bermula dari kemunculan Sri Mulyani yang dielus-elus Partai SRI sebagai capres yang diusung dalam Pemilu 2014 mendatang.
Sejak kemunculan Partai SRI, partai politik di parlemen seperti Partai Golkar, PKS, PAN dan PDI Perjuangan ikut-ikutan memperbincangkan calon presiden Pemilu 2014. Tahun kerja yang dideklarasikan oleh partai politik itu nyatanya hanya menjadi pepesan kosong. Alih-alih bekerja untuk rakyat, partai politik menunjukkan karakter aslinya yakni kekuasaan yang menjadi tujuan utama.
PKS yang selama ini dikenal rapih dalam bermanuver juga turut latah menyuarakan calon presiden. Dua nama dimunculkan politisi PKS Zulkifliemansyah yakni Chairul Tanjung dan Djoko Suyanto sebagai alternatif agar publik tidak disuguhi figur seperti Sri Mulyani, Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto.
Di Partai Golkar juga demikian. Meski malu-malu menyebut nama Ketua Umum Aburizal Bakrie, Partai Golkar mengelus beberapa nama tokoh Golkar seperti Aburizal Bakrie dan Jusuf Kalla. "Lazimnya, ketua umum yang dicalonkan," ujar Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso dalam sebuah kesempatan.
Setali tiga uang PAN. Partai berlambang matahari terbit ini juga menyorongkan nama Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014 mendatang. "Nama-nama baru yang sekarang sering muncul di media massa untuk jadi presiden memang potensial. Tapi, kemampuannya masih di bawah rata-rata dan belum menonjol seperti Hatta," kata Ketua MPP PAN Amien Rais.
Sementara pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro menilai kemunculan Partai SRI dengan mengusung Sri Mulyani sebagai Capres 2014 menjadi pemicu bagi partai politik lainnya mengeluarkan nama jagoannya.
"Sebetulnya partai politik lainnya telah mengelus jagoannya masing-masing. Setelah Partai SRI memunculkan Sri Mulyani, partai politik semakin terpicu untuk mengeluarkan jagonya masing-masing," katanya kepada INILAH.COM di Jakarta, Minggu (7/8/2011).
Siti mengkritik perilaku partai politik di eksekutif dan legislatif yang tak lagi mencerminkan representasi masyarakat. Kebijakan yang semestinya mencerminkan kepentingan publik absen dihadirkan oleh legislatif. "Mereka lebih sibuk mengurusi politik. Bagaimana bisa berkuasa dan terpilih kembali," kritiknya.
Klaim tahun kerja yang selama ini didengungkan partai politik buyar di tengah jalan. Nyatanya, kini partai politik justru sibuk mengurus pencapresan yang sejatinya masih lama. Jika kondisinya seperti ini, ekspektasi publik terhadap partai politik kian memudar. Kini terbukti, partai politik hanya sibuk mengurus bagaimana merebut kekuasaan semata. [mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar